Alasan ini pula yang meruyak saat Cesc Fabregas pergi ke Barcelona, Samir Nasri ke Manchester City. Atau kepergian dramatis lainnya seperti kala Fernando Torres terbang dari Liverpool ke Chelsea dan Michael Owen dari Liverpool ke Real Madrid.
Semua pemain bintang itu ingin merasakan “kehangatan” juara kompetisi liga, yang bagi pemain profesional sejati gengsinya bahkan melebihi meraih trofi Liga Champion sekalipun. Mereka merasa mentari tak pernah tuntas menyinari mereka ketika berada di klub lama.
Ternyata kepergian seseorang ke klub yang memiliki potensi juara hanyalah sebuah jalan. Masih ada sisi yang tak bisa diraba, yaitu takdir. Sisi inilah yang kemudian malah menjadi penentu yang menentukan apakah mimpi seseorang bakal berhasil atau tidak.
Dari daftar bintang tersebut, Nasri boleh disebut memiliki takdir manis. Nasri langsung mendapatkan trofi Premier League Inggris pada tahun pertama di rumah baru. Berbeda dengan Fabregas yang hengkang ke Barcelona pada 2011.
Meski Fabregas langsung merasakan juara Piala Spanyol (Copa Del Rey), Piala Super Spanyol (Supercopa de Espana), Piala Super UEFA, dan Piala Dunia Antar Klub FIFA, tapi tujuan utama yaitu juara kompetisi La Liga belum terwujud karena Barcelona kalah bersaing dengan Real Madrid.
Kisah Fabregas mirip dengan cerita Owen kala melancong ke Madrid pada 2004. Owen mendarat di Madrid pada waktu yang tidak tepat. Saat itu Madrid merupakan tim yang tengah melupakan keseimbangan antara penyerangan dan pertahanan. Dampaknya pasti, Madrid tersungkur dan Owen gagal mendekap trofi La Liga Spanyol.
Hanya setahun di Madrid, Owen kembali ke Inggris dan bergabung ke Newcastle United, klub yang probabilitasnya jauh di bawah Liverpool untuk menjadi juara. Pada 2009, secara mengejutkan Setan Merah United membeli Owen. Tak pelak, harapan penantian panjang Owen pada trofi Premier League pun diprediksi akan berakhir.
Namun, lagi-lagi Owen harus melewati jalan berliku dan dramatis untuk menemui takdirnya. Ternyata trofi Premier League tidak juga segera datang menghampiri meski sudah berada di United, klub langganan juara.
Musim pertamanya di United dilalui dengan klub pesaing, yaitu Chelsea, yang menjadi juara. Akhirnya, pada penghujung karier dan lebih banyak sebagai pemain penghias bangku cadangan, Owen merasakan juara Premier League bersama United.
Situasi Berbeda
Secara faktual El Nino Torres pun belum memiliki tanda-tanda bakal mendekap trofi kompetisi Premier League, meski sudah terhibur dengan meraih trofi Liga Champion bersama Chelsea. Padahal perjuangan Torres hengkang dari Liverpool pada 2011 terbilang penuh luka.
Kebencian publik Liverpool terhadap Torres begitu deras meski striker asal Spanyol ini sudah menjelaskan bahwa kepergiannya sebagai seorang yang ingin merasakan juara Premier League.
”Setiap musim Chelsea selalu memiliki peluang juara Premier League. Saya tidak bisa membuang kesempatan bergabung dengan tim seperti ini,” katanya.
Begitu resmi melintas ke Chelsea, kaus Torres dibakar para pecinta Liverpool. Oleh para legenda Torres dicerca sebagai seorang penipu ulung. John Aldridge, seorang legenda The Reds menyebut Torres sebagai seorang yang telah meludahi wajah Liverpudlians yang mencintainya.
”Pahamilah dia bukan siapa-siapa. Dia pembohong besar dan hanya seorang pemain biasa, yang pergi untuk bayaran lebih besar, bukan kemajuan karier,” kata Aldridge.
Tentu saja Torres, Fabregas, dan terutama RVP tidak ingin seperti Owen, yang menunggu hingga usia senja untuk memeluk trofi Premier League. Jika bisa, RVP pasti akan berdoa agar memiliki takdir seperti yang membungkus tubuh Nasri.
Satu hal pasti, meski United dan Chelsea tetap merupakan klub unggulan menjadi juara namun suasana di kompetisi Premier League sekarang sudah jauh berbeda. Komposisi The Big Four yang bertahun-tahun dikuasai United, Arsenal, Chelsea, dan Liverpool kini telah robek.
The City muncul sebagai pendobrak empat besar dan tengah menikmati bulan madu sebagai juara bertahan. Dengan modal tim bertabur bintang serta tak banyak melakukan perubahan secara materi membuat The City kian matang dan solid.
Belum lagi tim-tim di luar wilayah empat besar yang terus menggelinjang dengan menghadirkan banyak bintang serta segunung semangat. Tottenham Hotspur, Newcastle United, Everton, termasuk sang legendaris Liverpool semakin kencang mengintip peluang.
Dengan bergabung ke United, RVP sudah memilih jalan benar, yaitu mendekatkan mimpinya menjadi kenyataan untuk meraih trofi Liga Premier. Bagi United sendiri kehadiran RVP jelas-jelas diharapkan membuat kekuatan kian menyengat.
Pada laga tandang nan dramatis ke Southampton, Minggu 2 September, RVP bahkan sudah mencetak hattrick pertama bersama Setan Merah, sekaligus memenangi pertandingan dengan skor 2-3.
detail..
Kanaknyangket.blogspot.com
16 September 2012 pukul 07.42
Posting Komentar