RSS

Download Notepad++

0 komentar

Hai sobat, sudah lama gak posting nih!! nah kali ini saya akan memposting sebuah aplikasi notepad++. notepad++ ini mempunyai fungsi yang sama dengan notepad yang ada di laptop/PC agan-agan. tapi pada notepad++ ini memiliki kelebihan :
  1. dapat membuka halaman baru lebih dari satu dalam satu program
  1. Support untuk menggunakan bahasa pemrograman
nah untuk yang satu ini biasanya untuk para programmer yang sedang menimba ilmu, maksudnya disini untuk mahasiswa yang sedang dalam pembelajaran menggunakan ini untuk membuat suatu program (pengalaman heheheh. . . .)

  1. Dan untuk lainnya bias dilihat di google untuk melihat kelebihannya (udah males nulisnya heheh. . .)

OK langsung saja ke intinya untuk mendownload notepad++ dapat Klik disini


Continue Reading... Label: ,


Sinopsis Novel Salah Asuhan

5 komentar

Hanafi adalah pemuda pribumi asal Minangkabau. Sesungguhnya, ia termasuk orang yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai tamat HBS. Ibunya yang sudah janda, memang berusaha agar anaknya tidak segan-segan menitipkan Hanafi pada keluarga Belanda walaupun utnuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat HBS, Hanafi kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten Residen Solok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis (lihat halaman 27).
Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkikan Hanafi berhubungan erat dengan Corrie De Busse, gadis Indo-Perancis. Hanafi kini merasa telah bebas dari kungkungan tradisi dan adat negerinya. Sikap, pemikiran dan cara hidupnya juga sudah kebarat-baratan. Tidaklah heran jika hubungannya dengan Corrie ditafsirkan lain oleh Hanafi karena ia kini sudah bukan lagi sebagai orang “inlander” (bangsa pribumi yang di jajah oleh Belanda). Oleh karena itu, ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya.
Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrie terhadapnya juga dianggap sebagai gayung bersambut kata terjawab. Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca surat dari Corrie. Corrir mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untuk ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. “Timur tinggal timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditumbuni jurang yang membatasi kedua bahagian itu” (lihat halaman 59). Perasaan Corrie sendiri sebenarnya mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya yang Indo—dan dengan sendirinya prilaki dan sikap hidupnya juga berpijak pada kebudayaan barat—serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu saja dapat melepaskan akar budaya leluhurnya.
Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi mau memutuskan pertallian hubnungannya itu. Surat itu membuat Hafani patah semangat. Ia pun kemudian sakit. Ibunya berusaha menghibur agar anak satu-satunya itu, sehat kembali. Di saat itu pula ibunya menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah, anak mamaknya. Sutan Batuah. Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi tidak lain karena berkat uluran tangan mamaknya, Sutan Batuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah sebagai istrinya.
Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalan mulus. Hanafi tidak merasa bahagia, meskipun dari hasil perkawinannya dengan Rapiah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei. Hanafi beranggapan bahwa penyebabnya adalah Rapiah. Rapiah kemudian menjadi tempat segala kemarahan Hanafi. Meskipun Rapiah diperlakukan begitu oleh Hanafi, Rapiah tetap bersabar.
Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri di kebun. Ibunya menghampiri anaknya dan berusaha menyadarkan kembali kelakukan anaknya yang sudah lewat batas itu. Namun, Hanafi justru menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama, tiba-tiba seekor anjing gila menggigit tangan Hanafi.
Dokter segera memeriksa gititan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter menyarankan agar Hanafi berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat menyenangkan hatinya. Sebab, bagaimanapun, kepergiannya ke Betawi itu sekaligus memberi kesempatan kepada untuk bertemu dengan Corrie.
Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan yang dialami Corrie, Hanfi yang sedang berada di Betawi, justru menjadi penolong Corrie. Pertemuan itu sangat menggembirakan keduanya. Corrie yang sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa sebenarnya bahwa ia memerlukan sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil suatu keputusan. Ia bermaksud tetap tinggal di Betawi, Untuk itu, ia telah pula mengurus kepindahan pekerjaannya. Setelah itu, ia mengurus surat persamaan hak sebagai bangsa Eropa. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus meluruskan jalan baginya untuk mengawini Corrie.
Semua rencana Hanafi berjalan lancar. Namun, kini justru Corrie yang menghadapi berbagai persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi mendapat antipati dari teman-teman sebangsanya. Akhirnya, dengan cara diam-diam mereka melangsungkan pernikahan.
Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi, tetap tinggal di Solok bersama anaknya, Syafei, dan ibu Hanafi.
Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai menjauhi. Di satu pihak menggapnya Hanafi besar kepala dan angkuh, tidak menghargai bangsanya sendiri. Di lain pikah, ia menganggap Corrie telah menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupan Barat. Jadi, keduanya tidak lagi mempunyai status yang jelas, tidak ke Barat tidak juga ke Timur. Inilah awal malapetaka dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api nera dunia. Corrie yang semua supel dan lincah, kini menjadi nyonya pendiam. Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang kasar dan bengis, bahkan Hanafi selalu diluputi perasaan curiga dan selalu berprasangka buruk, lebih-lebih lagi Corrie sering dikunjungi Tante Lien, soerang mucikari.
Puncak bara api itu pun terjadi. Tanda diselidiki terlebih dahulu, Hanafi telah menuduh istrinya berbuat serong, tentu sajaa, Corrie tidak mau dituduh dan diperlakukan sekehendak hati suaminya. Maka, dengan ketepatan hati, Corrie minta diceraikan. “Sekarang kita bercerai, buat seumur hidup…. Bagiku tidak menjadi kepentingan, karena aku tidak sudi menjadi istri lagi dan habis perkara” (lihat halaman 183). Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat ke Semarang. Ia bekerja di sebuah panti asuhan.
Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah. Ia menyesal dan mencora menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie tetap pada pendiriannya. Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi, ditambah lagi, teman-temannya makin menjauhi. Hanfi dipandang sebagai seorang suami yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Dalam keadaan demikian, barulah ia menyesal sejadi-jadinya. Ia juga ingat kepada ibu, istri, dan anaknya di Solok.
Akibat tekanan batin yang berkelanjutan, Hanafi jatuh sakit. Pada saat itu datang seorang temannya yang mengatakan tentang pandangan orang terhadapnya. Ia sadar dan menyesal. Ia kembali bermaksud minta maaf kepada Corrie dan mengajaknya rujuk kembali. Ia pergi ke Semarang, namun rupanya, pertemuamnnya dengan Corrie di Semarangan merupakan pertemuan terkahir. Corrie terserang penyakit kolera yang kronis. Sebelum mengehembuskan nafasnya yang terakhir, Corrie bersedia memaafkan kesalahan Hanafi. Perasaan menyesal dan berdosa tetap membuat Hanafi sangat menderita. Batinnya goncang, ia pun jatuh sakit.
Setelah sembuh Hanafi bermaksud pulang ke kampungnya. Ia ingin minta maaf kepada ibunya dan Rapiah, istrinya. Di samping itu ia juga ingin melihat keadaan anaknya sekarang. Ia berharap agar anaknua kelak tidak mengikuti jejak ayahnya yang sesat. Dengan kebulatan hatinya, berangkatlah Hanafi kembali tanah kelahirannya.
Continue Reading... Label:


Resume Novel "Sukreni Gadis Bali" karya I Gusti Nyoman Panji Tisna

0 komentar

Men Negara berasal dari Karangasem, Bali. Ia meninggalkan daerah itu karena suatu persoalan dengan suaminya. Buleleng adalah tempat tujuannya. Mula-mulai ia menumpang di rumah seorang haji yang mempunyai tanah dan kebun yang luas. Namun, karena Men Negara rajin bekerja dan hemat, ia kemudian dapat memiliki kebun sendiri. Ketika pergi dari Karangasem, ia meninggalkan seorang anak yang baru berusia delapan bulan. Di tempat ini ia melahirkan dua orang anak bernama I Negeri yang berparas cantik itu dapat menarik para pekerja pemetik kelapa untuk singgal di warungya. Disamping itu, Men Negara pun pandai memasak sehingga masakannya selalu disukai oleh para pekerja itu. Di antara mereka yang datang ke warung Men Negara adalah I Gde Swamba, seorang pemilik kebun kelapa itu. Tak luput dari semua itu, Ni Negeri dan sudah tentu pula ibunya, mengharapkan agar anak gadisnya itu dapat memikat I Gde Swamba menjadi suaminya.
Suatu ketika, datanglah seorang manteri polisi bernama I Gusti Made Tusan ke daerah itu. Sebagai manteri polisi, ia disegani dan ditakuti penduduk. Banyak sudah kejahatan yang berhasil ditumpasnya. Ini berkat kerjasamanya dengan seorang mata-mata bernama I Made Aseman. Siang itu hampir saja Men Negara harus berurusan dengan I Gusti Made Aseman karena I Made Aseman mengetahui bahwa Men Nagara telah memotong babi tanpa surat izin dari yang berwenang. I Made Aseman sangat berharap agar Men Nagara dipenjarakan di Singaraja karena kesalahannya itu. Jika Men Nagara negara masuk penjara, para pemetik kelapa akan pindah ke warung iparnya. Namun, apa yang diharapkan I Made Aseman sia-sia belaka karena tuannya, I Gusti Made Tusan telah terpikat oleh tutur kata dan senyum Ni Negeri. Siang itu, Ida Gde Swamba dan para pemetik kelapa sedang makan dan minum di warung Men Nagara. Tanpa sepengetahuan mereka, datang seorang gadis bernama Luh Sukreni ke warung Men Nagara. Ia mencari I Gde Swamba untuk urusan sengketa warisan dengan kakaknya, I Sangia yang telah masuk agama kristen. Menurut adat dan agama Bali, jika seorang anak beralih agama lain, baginya tak ada hak untuk menerima harta warisan.
Namun kedatangan Luh Sukreni itu justru membuat Men Nagara dan Ni Negeri iri hati, apalagi Sukreni yang lebih cantik itu menanyakan Ida Gde Swamba. Ketika Menteri polisi itu tampak tertarik pada Sukreni dan berniat menjadikan Ni Sukrenis sebagai wanita simpanannya, dicarinyalah siasat agar keinginan Menteri Polisi terpenuhi. Pada kedatanganya yang kedua, Luh Sukreni kembali menanyakan Ida Gde Swamba di warung Men Negara. Namun orang yang dicarinya tak ada. Dengan ramah dan senyum manis, ibu dan anak menerima Luh Sukreni bahkan mereka memintanya untuk bermalam di warungnya sampai Ida Gde Swamba tiba. Tanpa prasangka burk, Luh Sukreni menerima tawaran itu. Saat itulah Men Negara menjalankan siasat jahatnya. Pada malam harinya, Luh Sukreni diperkosa oleh I Gusti Made Tusan. “Terima kasih Men Negara, atas pertolonganmu itu, hampir-hampir tak berhasil tetapi…”. Begitulah I Gusti Made Tusan menyatakan kesenangannya atas siasat busuk Men Negara. Sejak kejadian itu Luh Sukreni pergi entah kemana.
Alangkah terkejutnya Men Negara ketika I Negara, anaknya yang tidak bersama I Sudiana teman seperjalanan Luh Sukreni, mengatakan bahwa Ni Sukreni adalah anak kandung Men Negara sendiri. Ayah Ni Sukreni, I Nyoman Raka telah mengganti nama Men Widi menjadi Ni Sukreni. Perubahan nama itu dimaksudkan agar Ni Sukreni tak dapat diketahui lagi oleh ibunya. Men Negara sangat menyesal karena ia telah mengorbankan anaknya sendiri.
Ni Sukreni tak mau kembali ke kampungnya. Ia sangat malu apabila kejadian itu diketahui oleh ayahnya dan orang-orang di kampungnya. Ia mengembara entah kemana. Namun, Pan Gumiarning, salah seorang sahabat ayahnya, mau menerima Ni Sukreni untuk tinggal di rumahnya. Tak lama kemudian. Ni Sukreni melahirkan seorang anak dari hasil perbuatan jahat I Gusti Made Tusan. Anak itu diberi nama I Gustam.
Takdir telah menentukan Ni Sukreni dapat bertemu kembali Ida Gde Swamba. Semua itu berkat pertolongan I Made Aseman yang pada waktu itu sedang menjalani hukuman di Singaraja karena telah memukul I Negara sampai tak sadarkan diri. Ida Gde Swamba berjanji akan mengurus dan membiayai anaknya itu.
I Gustam ternyata tumbuh dengan perangai dan tabiat yang kasar. Sewaktu berusia dua belas tahun, ia sudah berani memukul kepala ibunya. Setelah dewasa, ia berani pula mencuri sampai akhirnya masuk tahanan polisi. Didalam tahanan, I Gustam justru banyak memperoleh pelajaran cara merampok dari I Sintung, salah seorang perampok dan penjahat berat yang sudah terkenal keganasannya, ahli dalam hal perampokan dan kejahatan.
Setelah keluar dari penjara, I Gustam membentuk sebuah kelompok. I Sintung yang ketika di dalam penjara sebagai gurunya, kini bertekuk lutut di bawah perintah I Gustam yang tak segan-segan membunuh siapa saja yang menentang perintahnya. Pada suatu malam, kelompok yang dikepalai I Gustam melaksanakan aksi perampokan di warung Men Negara. Namun rencana itu sudah diketahui oleh aparat keamanan. Perampokan di Men Negara mendapat perlawanan dari polisi yang dipimpin oleh I Gusti Made Tusan. I Gusti Made Tusan sendiri tidak mengenal bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah anaknya sendiri. Maka ketika I Gustam hampir putus asa karena terkena kelewang ayahnya, I Gusti Made Tusan baru mengetahui bahwa yang terbunuh itu adalah anaknya sendiri, setelah ia mendengar teriakan I Made Aseman. Akhirnya ayah dan anak itupun tersungkur dan mati!.
Continue Reading... Label:


Sinopsis Novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana

4 komentar

Identitas Novel
1. Judul : Layar Terkembang
2. Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
3. Cetakan : 33
4. Penerbit : Balai Pustaka
5. Tahun : 2001
6. Tebal Buku : 166 Halaman

Isi Novel
Sinopsis
Roman Layar Terkembang menceritakan perjuangan wanita Indonesia beserta cita-citanya. Dua gadis bersaudara memiliki perangai yang berbeda. Maria adalah seorang dara yang lincah dan periang, sedang Tuti selalu serius dan aktif dalam kegiatan wanita. Maria memiliki badan yang ramping, ia baru berusia dua puluh tahun dan sekolah di H.B.S Carpentier Alting Stichting kelas penghabisan. Tuti adalah kakak dari Maria, badannya tegak dan agak gemuk. Ia telah berusia dua puluh lima tahun dan menjadi guru di Sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka adalah anak Raden Wiriaatmaja , mantan wedana di daerah Banten dan ketika pensiun pindah ke Jakarta.
Pada hari minggu, kedua bersaudara itu pergi melihat-lihat akuarium di pasar ikan. Ketika sampai di tempat tujuan, Maria kagum melihat ikan-ikan yang indah permai. Maria adalah seseorang yang mudah kagum, yang mudah memuji dan memuja. Ia cepat mengungkapkan perasaannya, baik perasaan senang maupun sedih. Berbeda dengan kakaknya, Tuti bukan seorang yang mudah kagum dan heran melihat sesuatu. Keinsafannya akan harga dirinya amat besar. Ia merasa pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu yang ingin dicapainya. Segala sesuatu diukurnya dengan kecakapannya sendiri, oleh karena itu ia jarang memuji.
Perbedaab sifat dan tingkah laku yang seperti siang dan malam itu tidak mengganggu tali ikatan persaudaraan mereka. Ibu mereka telah meninggal dua tahun yang lalu, sehingga mereka tinggal bertiga dengan ayah mereka.
Setelah beberapa lam mereka asyik melihat-lihat ikan lalu keluarlah mereka. Ketika daun pintu yang besar dibuka oleh mereka, terlihat laki-laki muda mengangkat kepalanya melihat kearah mereka. Beberapa lama gadis itu berjalan-jalan di beranda akuarium mengamatiikan-ikan yang aneh yang tersimpan dalam kaca dan botol. Mereka akhirnya berjalan menuju tempat sepeda mereka masing-masing. Ketika itu, keluarlah pemuda dari dalam dan menghampiri kedua gadis itu sebab sepedanya terletak dekat dengan sepeda mereka. Akhirnya mereka berkenalan dengan pemuda tersebut yang ternyata bernama Yusuf.
Yusuf adalah Putra Demang Munaf di Mertapura di Kalimantan Selatan. Yusuf adalah seorang mahasiswa kedokteran,yang pada masa lalu dikenal dengan sebutan Sekolah Tabib Tinggi. Ia tinggal bersama saudaranya yang tinggal di Sawah Besar di Daerah Jawa.
Sejak perkenalan itu, Yusuf tidak berhenti-hentinya memikirkan Tuti dan Maria. Namun yang lebih ia pikirkan adalah Maria. Maria telah menarik hatinya. Muka Maria lebih berseri-seri, matanya menyinarkan kegirangan hidup dan bibirnya senantiasa tersenyum.
Di jalan Gang Heuber turun seorang anak muda dari sepeda, ia adalah Yusuf. Dalam sepuluh hari, ia telah lima kali datang ke rumah R.Wiriaatmaja. Setiap pagi ia menunggu Maria di depan Alaidruslaan dan dari sana mereka bersama-sama pergi ke sekolah. Tuti dan Ayahnya merasa bahwa Maria dan Yusuf sedang jatuh cinta.
Yusuf berkunjung ke rumah wiriaatmaja. Kedatangannya disambut dengan lemah lembut dan hormat. Setelah meletakan sepedanya, Yusuf duduk bersama Tuti dan Maria. Tidak berapa lama mereka berbincang-bincang, kemudian terlihat seorang laki-laki yang kira-kira tiga puluh lima tahun usianya turun dari delman dan masuk ke pekarangan menuju ke meja tempat ketiga anak muda itu duduk. Ternyata yang dating adalah parta. Ia adalah adik ipar dari Wiriaatmaja. Lalu ia pun duduk bersama mereka. Tak berapa lama datanglah Wiriaatmaja menghampiri mereka. Wiriaatmaja terlihat sangat bahagia menyambut kedatangan iparnya itu. Merekapun berbincang-bincang, didalam perbincangannya Partadiharja mengeluh tentang adiknya yang bernama saleh yang bekerja di kantor justisi sebagai ajun komis yang gajinya lumayan besar, tiba-tiba mengundurkan diri tanpa alas an yang jelas dan tanpa sepengetahuan famili terlebih dahulu. Tuti memberikan pendapat yang berbeda dari sudut pandang yang berbeda pula namun hal tersebut malah menjadi pertentangan antara Tuti dengan Parta. Akhirnya Tuti memutuskan untuk diam karena ia tahu bahwa pertentangannya itu tidak akan mendatangkan atau membuahkan hasil malah mungkin ia akan dibenci oleh pamannya tersebut.
Tak berapa lama senjapun mulai terlihat, partadiharja pun pulang. Dan ketika beduk magrib berbunyi, Wiriaatmaja masuk meninggalkan ketiga anak muda yang berada di halaman untuk pergi sembahyang. Setelah kepergian Wiriaatmaja, merekapun berbincang-bincang tentang agama, yang ujung-ujungnya terjadi pertentangan antara ketiganya namun pertentangan tersebut tidak brlangsung lama karena terdengar bunyi langkah kaki Bapaknya. Karena mereka tidak mau ada pertengkaran dengan Bapaknya maka iapun memutuskan untuk mengakhiri perbincangan tentang agama tersebut.
Setelah sejam lamanya keempat orang tersebut becakap-cakap tentang bebagai topik maka kira-kira pukul delapan, Yusuf pamit untuk pulang.
Yusuf berlibur ke rumah orang tuanya di mertapura untuk melepas lelah setelah ujian kedokteran. Selama di Mertapura Yusuf berkirim-kiriman surat dengan Maria. Yusuf menceritakan pengalamannya selama di Mertapura dan Maria menceritakan keadaannya yang kesepian ditinggalkan saudaranya pergi menghadiri kongres.
Seiring berjalannya waktu, timbullah benih-benih cinta antara Maria dan Yusuf. Merekapun saling berjanji akan menikah di kemudian hari. Hal tersebut diceritakan oleh maria kepada Tuti dan Rukamah sepupu maria.
Dinding Gedung Permufakatan berat berhias daun kelapa dan daun beringin, disela-sela kertas merah putih. Di dinding sebelah kanan nyata jelas tersusun huruf “Pemuda Baru”, dan di sebelah kiri tertulis “Kongres Kelima”. Bau daun yang segar memenuhi seluruh ruangan yang girang gembira dan terlihat cahaya lampu listrik yang terang benderang. Di depan ruang itu terdapat layer berwarna ungu berombak-ombak.
Dari pintu yang terbuka lebar terlihat orang-orang yang berdatangan tiada henti-henti. Makin banyak orang yang duduk di kursi dan bangku yang tersusun di dalam gedung, diluar masih banyak terlihat orang-orang berduyun-duyun datang dari jalan raya.
Dari pintu bawah sebelah kanan, masuklah Maria kedalam ruangan lalu ia naik ke anak tangga dan mencari-cari Yusuf dan Tuti. Setelah Yusuf terlihat olehnya, maka dengan cepat ia memanggilnya untuk bersiap-siap memulai pertunjukkan.
Pukul delapan datanglah seorang anak muda keluar dari belakang layer. Dengan suara nyaring, ia memberi sambutan kepada penonton dan membacakan keputusan kongres. Ia juga memberitahu bahwa akan ada pertunjukkan yang diharapkan dapat menjadi kenang-kenangan yang indah dan tak terlupakan. Lalu ia pun kembali ke belakang layer.
Tak berapa lama setelah ia kembali kebelakang layar yang tertutup, diiringi oleh tepuk tangan yang ramai, maka terbukalah layar yang ungu berombak-ombak tersebut. Ketika itu juga, padamlah lampu dalam gedung itu dan di atas podium terpasang cahaya biru, amat dahsyat sehingga menyinari pemandangan yang permai dan memikat itu.
Continue Reading... Label:


Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka

1 komentar

Di wilayah Mengkasar, di tepi pantai, di antara Kampung Baru dan Kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Mengkasar. Di sanalah hidup seorang pemuda berumur 19 tahun. Pemuda itu bernama Zainuddin. Saat ia termenung, ia teringat pesan ayahnya ketika akan meninggal. Ayahnya mengatakan bahwa negeri aslinya bukanlah Mengkasar.
Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lampau, seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih, yang merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Karena tak bersaudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh  mamaknya. Datuk Mantari labih hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk kemenakannya tak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan ingin menikah namun tak diizinkan menggunakan hartany atersebut, terjadilah pertengkaran yang membuat Datuk Mantari labih menemui ajalnya. Pendekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia dibuang ke Cilacap, kemudian dibawa ke Tanah Bugis. Karena Perang Bone, akhirnya ia sampai di Tanah Mengkasar. Beberapa tahun berjalan, Pendekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian, lahirlah Zainuddin.
Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian ayahnya menyusul ibunya. Ia diasuh Mak Base. Pada suatu hari, Zainuddin meminta izin Mak Base untuk pergi ke Padang Panjang, negeri asli ayahnya. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi.
Sampai di Padang Panjang, Zainuddin langsung menuju Negeri Batipuh. Sesampai di sanan, ia begitu gembira, namun lama-lama kabahagiaannya itu hilang karena semuanya ternyata tak seperti yang ia harpakan. Ia masih dianggap orang asing, dianggap orang Bugis, orang Mengkasar. Betapa malang dirinya, karena di negeri ibunya ia juga dianggap orang asing, orang Padang. Ia pun jenuh hidup di padang, dan saat itulah ia bertemu Hayati, seorang gadis Minang yang membuat hatinya gelisah, menjadikannya alasan untuk tetap hidup di sana. Berawal dari surat-menyurat, mereka pun menjadi semakin dekat dan kahirnya saling cinta.
Kabar kedekatan mereka tersiar luas dan menjadi bahan gunjingan semua orang Minang. Karena keluarga Hayati merupakan keturunan terpandang, maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya. Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh.
Zainuddin pindah ke Padang Panjang dengan berat hati. Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berkiriman surat. Suatu hari, Hayati datang ke Padang Panjang. Ia menginap di rumah temannya bernama Khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindu pun terbayang di benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak ketiga, yaitu Aziz, kakak Khadijah yang juga tertarik oleh kecantikan Hayati.
Mak Base meninggal, dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin. Karena itu ia akhirnya mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh. Hal itu bersamaan pula dengan datangnyarombongan dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ditolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab.
Zainuddin tak kuasa menerima penolakan tersebut. Apalagi kata sahabatnya, Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat moralnya. Hayati juga merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya. Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin jatuh sakit.
Untuk melupakan masa lalunya, Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Karyanya dikenal masyarakat dengan nama letter “Z”. Zainuddin dan Muluk pindah ke Surabaya, dan ia pun akhirnya menjadi pengarang terkenal yang dikenal sebagai hartawan yang dermawan.
Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya. Semakin lama watak asli Aziz semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang. Mereka diusir dari kontrakan, dan secara kebetulan mereka bertemu dengan Zainuddin. Mereka singgah di rumah Zainuddin. Karena tak kuasa menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.
Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Aziz. Yang pertama berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun karena masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayat pulang ke kampung halamannya saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck.
Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis “aku cinta engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku di dalam mengenang engkau.” Maka segeralah ia hendak menyusul Hayati ke Jakarta. Saat sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck tenggelam. Seketika Zainuddin langsung syok, dan langsung pergi ke Tuban bersama Muluk untuk mencari Hayati.
Di sebuah rumah sakit di daerah Lamongan, Zainuddin menemukan Hayati yang terbarng lemah sambil memegangi foto Zainuddin. Dan hari itu adalah pertemuan terakhir mereka, karena setelah Hayati berpesan kepada Zainuddin, Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin.
Sejak saat itu, Zainuddin menjadi pemenung. Dan tanpa disadari siapapun ia meninggal dunia. Kata Muluk, Zainuddin meninggal karena sakit. Ia dikubur bersebaelahan dengan pusara Hayati.
Continue Reading... Label:


 
Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors